Things they never know about marrying a chef
Things they never know
about
marrying a chef
Saya ketawa sendiri waktu bikin judul postingan saya kali ini. Karena, gawat juga.. kalau yang bacanya calon istri koki mungkin dia bisa mikir ulang untuk nikah sama calon suaminya. Tapi enggak juga sih, karena sebelum jadi istri koki selama pacaran pasti ngalamin hal yang sama..too bad (haha.. just kidding)
Pertama...
I do all of the cooking at home
Banyak banget orang yang mengira kalau di rumah dimasakin Ragil. Karena pertanyaan mereka yang "suaminya kerja apa?" Saya jawab ; "koki.." lalu mereka dengan cepat membalas ; "wah enak dimasakin terus dong.." saya balas lagi ; "haha.. enggak. Kebetulan Ragil pattisiere dan baker kerjanya bikin desserts". Dan tetap dengan pendirian mereka "enak banget makan desserts terus..". Tidak se-glamour setiap hari dibuatkan desserts sih.. suami saya setiap hari bikin desserts, tapi untuk orang lain bukan untuk saya haha.. Beruntungnya saya, bisa cicipi desserts buatanya (tapi, gak sesering yang mereka bayangkan juga..). Di rumah, persoalan dapur semua saya yang handle. Suami saya tinggal makan aja. Nah, giliran saya bikin kue, donat atau apapun yang dia expert.. saya agak mengkerut. Karena sudah pasti dia bisa bikin yang lebih baik. Jadi gitu ya, tidak seperti bayangan banyak orang kalau bersuamikan chef setiap hari akan makan makanan bintang 5. Pernah saya tulis kalau saya minta Ragil untuk masak di rumah sepertinya akan dia jawab ; "are you kidding me? After long 12 hours in the kitchen. Now i also have to cook for you?". Haha..
Kedua...
I don't make any plans when i know he'll be off
Ini agak berat nih, karena dari pacaran sampai nikah (8 tahun) ini kadang masih jadi masalah. Saya gak mau ambil resiko kesel sendiri makanya saya gak pernah punya rencana muluk-muluk sewaktu Ragil libur. Dan otomatis Maleek harus ngerti juga. Sekesel apa sih? Sekesel ngebayangin besok kesana kesini, seru, happy. Dan tiba-tiba dapat telefon kalau off-nya harus dirubah karena "gak ada orang" (gantiin yang urgent matters). Tapi, sekesel apapun gak akan bisa membuat dia jadi libur. Jadi kami (saya dan Maleek) sudah otomatis membatalkan lamunan. Semakin lama semakin mengerti meskipun kadang masih sulit menerima. Tapi jauh lebih mending daripada masa pacaran dulu, yang kadang ujungnya jadi berantem gak jelas. Haha.. oh ia bukan itu aja, kadang di waktu liburnya harus ada tugas tambahan yang mengharuskan dia mampir ke tenpat kerja meskipun dalam tema libur. Sampai beberapa kali, saya dan Maleek harus ikut diboyong ke tempat kerja.
Ketiga...
"Rarely on time to go home"
Let's say, setiap hari. Iya setiap hari kerja. Di injury time selalu saya tanya "kamu pulang jam berapa?" Karena saya hawatir dia lupa pulang ke rumah haha.. (kidding #2). Biasanya Ragil jawab "aku pulang telat karena masih banyak kerjaan.." atau "sudah selesai lagi beres-beres dulu..". Gak tau maksud pertanyaan saya juga. Yang jelas saya memastikan kalau jam kerjanya gak "keterlaluan". Karena saya juga perlu untuk mengontrol kesehatan suami saya tentunya. Disini biasanya yang lebih cerewet Maleek. Sure, dia rindu sama bapaknya yang hampir setengah dari 1 harinya dihabiskan di tempat kerja.
Keempat...
"For the most part, I feel like a single mom," she says. "It's more than a loneliness; it's like a feeling of aloneness. Most of the time, you're not with your spouse, the person you want to share everything with. I go to a party, and everyone's there with their spouse except me."
Ini saya kutip dari korin miller. Agak sedih ya bacanya. Tapi betul, kami dan banyak lainnya pasti pernah ngalamin hal ini. Setiap acara keluarga, setiap hari raya atau ketika ulang tahun saya atau Maleek. Jangan percaya kalau saya katakan ini mudah untuk menjadi kebiasaan. Hampir setiap ada acara spesial, saya selalu tanya "kamu gak libur ya hari itu?" Atau "kamu shift apa ya hari itu? Kira-kira bisa nyusul gak ya?". That's the reality we had..
Kelima...
Sabar dan mengerti
Ini intinya. Ketika kamu memutuskan untuk mempunyai hubungan dengan seorang koki. Pacaran maupun menikah, yang perlu kamu lakukan adalah sabar dan mengerti. Karena tidak cukup alasan merubah sebuah pekerjaan untuk sebuah hubungan. Dan gak banyak yang bisa kita lakukan untuk menjadi salah satu support system seorang koki selain berusaha mengerti, memaklumi dan sabar.
"you have to be understanding. Otherwise, it's just not going to work."
Ini intinya. Ketika kamu memutuskan untuk mempunyai hubungan dengan seorang koki. Pacaran maupun menikah, yang perlu kamu lakukan adalah sabar dan mengerti. Karena tidak cukup alasan merubah sebuah pekerjaan untuk sebuah hubungan. Dan gak banyak yang bisa kita lakukan untuk menjadi salah satu support system seorang koki selain berusaha mengerti, memaklumi dan sabar.
"you have to be understanding. Otherwise, it's just not going to work."
Comments
Post a Comment