Percayakan pada anak
Percayakan pada anak
Saya mungkin salah satu orang tua yang kadang masih beranggapan Maleek itu cuma bayi yang lahir di dunia baru 3 tahun 6 bulan yang lalu. Pada beberapa hal masih sangat seperti itu, seperti.. ketika ia sakit pasti lebih manja, pasti maunya digendong, gak mau ditinggal. Atau ketika main maunya ditemenin, ketika makan masih harus disuapin. Saya gak menerapkan metode BLW (yang lagi hits itu) ke Maleek ketika waktunya makanan pendamping. Saya gak bilang MPASI karena Maleek bukan anak ASI (too bad.. hiks).
Tapi, dibeberapa hal saya sangat yakin Maleek bisa "mandiri". Seperti sudah bisa bilang kalau mau pee atau poo. Meskipun agak alot awalnya karena saya berpikiran toilet training itu akan sangat membutuhkan usaha yang "keras" dan benar, ketika awal toilet training, cucian jadi sangat buanyak haha.. Maleek masih lupa kalau dia harus bilang, dan masih suka lupa dia sudah tidak pakai diaper. Jadi, dia pee dulu baru bilang. Bukan cuma soal cucian, tapi soal ngepel lantai yang sering kali jadi tempat darurat pee Maleek. Bukan hal yang mudah kalau kita terus menganggap dia cuma bayi yang belum bisa pipis di kamar mandi. Akhirnya beberapa bulan mulai terbiasa dengan "tugas tambahan" saya itu. Dan Maleek mulai terbiasa bilang "bu mau pipis atau mau pupip (poo)". Meskipun malam hari masih pakai diaper, karena Maleek masih nge-dot dan tengah malam masih minta mimi. Akhirnya kami putuskan untuk memakaikan diaper hanya saat malam hari saja.
Saya terhitung ibu yang "telat" menerapkan kepercayaan pada anak. Iya, jujur. Karena metode jaman dulu ya.. bayi itu bayi. Seperti contoh lain hasil saya mempercayai Maleek itu dia beberapa bulan ini sudah bisa buang buih bekas pasta gigi dia ketika gosok gigi dan berkumur (tidak ditelan tentunya). Ada satu merk pasta gigi tanpa fluoride yang dulu sering saya pakai. Nah.. suatu waktu saya cari susah. Daripada Maleek gosok giginya gak pakai pasta gigi (dipikiran saya) lebih baik saya coba pasta gigi lain yang mengandung fluoride asal saya harus kerja keras mengajarkan Maleek untuk membuang buihnya dan air bekas kumur harus dibuang.
Caranya, biasakan dulu anak fasih berkumur dengan air matang lalu bekas kumurnya dibuang. Jadi tidak ada resiko air mentah tertelan. Penggunaan pasta gigi sesuai anjuran yang tertera pada kemasan. Yaitu, sebesar biji jagung. Tidak penuh (sampai bulu sikat terutup pasta gigi). Biasakan anak membuang buih bekas pasta gigi setelah air liur dan buih pasta gigi berkumpul di bawah lidah. Pastikan sampai semua terbuang. Bukan hal yang mudah memang, tapi saya percaya Maleek pasti bisa. Karena.. mau sampai kapan?
Setelah berhasil di fase membuang buih pasta gigi dan membuang bekas kumur. Saya menemukan kesulitan lain yang belum ada solusinya.. hiks. Ketergantungan Maleek nge-dot iniii paling susah bagi saya dan Ragil. Sampai beberapa kali ganti karet dot karena gigi Maleek mulai tajam. Dan meskipun karetnya sudah rusak (tapi belum parah) Maleek masih aja nyaman nge-dot. Entah saya belum percaya sepenuhnya Maleek bisa disapih dari dot atau karena apa.
Ibu-ibu ada yang ngalamin hal yang sama? Boleh share cerita atau tips and tricksnya supaya anak mudah disapih dari dot atau soal menanamkan kepercayaan pada anak, boleh cerita di kolom komen ya..
Ibu-ibu ada yang ngalamin hal yang sama? Boleh share cerita atau tips and tricksnya supaya anak mudah disapih dari dot atau soal menanamkan kepercayaan pada anak, boleh cerita di kolom komen ya..
Comments
Post a Comment