Why you staring at me?
Why you staring at me?
Melihat diri sendiri memang susah, perlu bantuan cermin. Yang paling mudah itu melihat orang lain. Memandangi dengan seksama (maaf) biasanya melihat ke detail kekurangannya, karena terlalu sibuk mencari kekurangan orang lain sehingga lupa akan kelebihannya. Malah mungkin merasa tidak keliahatan kelebihannya.
Sementara saat bercermin biasanya merasa, "bagus, keren, sempurna, 100". Kenapa? Menurut saya karena lebih mudah menemukan kekurangan, kesalahan orang lain daripada pada diri sendiri. Malu? Malu mengakui kekurangan diri sendiri? Atau karena merasa benar?
Stop membandingkan diri sendiri dengan orang lain.. stop doing that!
Karena setahu saya, setiap manusia dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing, bukan?
Selama masih selalu cari pembanding supaya diri sendiri merasa lebih baik. Maka, tidak akan ada yang benar dimatamu sendiri. Kecuali dirimu sendiri. Maka hiduplah sendiri.
Pernah gak dibenak kelintas pernyataan.. "cobaaaa aja lo jadi gue..." pernyataan lelah karena banyak manusia yang memaksakan ukuran sepatu dia ke ukuran kaki kita.
Contoh kecil yang saya alami, "masih mending dia kerja.." kalimat gantung. Yang saya tebak kelanjutannya "daripada lo sarjana mubazir". Sakit hati? Pasti sakit hati dong.. karena saya yakin jalan dia lebih sempurna dari jalan saya. Sehingga dia bisa bilang kayak gitu.
Lalu muncul kalimat tadi "cobaaaa aja lo jadi gue.." kelanjutannya? "Pasti lo tau rasanya..". Mana mau orang menempatkan dirinya di posisi kita kalau gak ngalamin hal yang sama (senasib) ?
Pertama..
Di dalam sebuah rumah ada seorang ibu yang mencuci pakaiannya dengan tangan. Mengeringkan pakaiannya dengan diperas.
Lalu, di rumah lainnya ada seorang ibu mencuci pakaiannya dengan mesin cuci. Mengeringkan pakaiannya dengan dryer di mesin cuci.
Di rumah lainnya ada seorang asisten rumah tangga mencuci pakaian satu keluarga dengan tangan dan mengeringkan dengan cara diperas.
Dan di rumah terakhir, ada seorang asisten rumah tangga mencuci pakaian satu keluarga dengan mesin cuci dikeringkan dengan dryer mesin cuci.
Lalu, di rumah lainnya ada seorang ibu mencuci pakaiannya dengan mesin cuci. Mengeringkan pakaiannya dengan dryer di mesin cuci.
Di rumah lainnya ada seorang asisten rumah tangga mencuci pakaian satu keluarga dengan tangan dan mengeringkan dengan cara diperas.
Dan di rumah terakhir, ada seorang asisten rumah tangga mencuci pakaian satu keluarga dengan mesin cuci dikeringkan dengan dryer mesin cuci.
Kedua..
Ada 4 rumah yang berbeda, ada 4 orang mencuci pakaian dengan cara yang berbeda, dan ke-4 orang itu orang yang berbeda-beda. Namun sama-sama sedang mencuci. Padahal mudah ya memahami posisi orang lain tanpa perlu dijelaskan.
Ibu yang pertama, tidak punya mesin cuci. Dengan kewajiban harus mencuci pakaian keluarganya. Tidak ada mesin cuci karena tidak mampu beli. Lalu? Mau apa?
Ibu kedua, sama-sama sedang mencuci. Namun lebih beruntung karena dibantu mesin cuci. Tidak semelelahkan ibu pertama. Namun tetap harus sibuk mengutak ngatik mesin cuci, memperhatikan kebersihan pakaian di dalamnya. Memindahkan ke dalam dryer lalu menjemur sendiri.
Asisten rumah tangga pertama, yang diberi tanggung jawab atasannya untuk mencuci dengan tangan karena merasa kebersihan hasil mesin cuci tidak sebersih dengan tangan. Atasannya hanya perlu tau bahwa bajunya dicuci dengan bersih oleh asistennya sampai dijemur lalu kering. Tidak serepot rumah 1 dan 2.
Terakhir, seorang asisten rumah tangga mencuci pakaian satu keluarga dengan mesin cuci. Atasannya hanya perlu tau bahwa bajunya sudah dicuci dijemur dan rapi kembali. Tidak serepot rumah 1, 2 dan 3.
Ketiga..
Ketiga..
Guys.. rasanya tidak penting untuk menjelaskan apa yang kita alami itu sudah pada porsinya masing-masing. Porsi sedih dan porsi bahagianya. Porsi susah dan porsi mudahnya. Tidak perlu alasan untuk tanya kenapa seseorang tidak sama seperti kamu? Dan tidak perlu merasa benar sementara yang lainnya salah.
Seperti.. "lah kenapa dia gak beli mesin cuci sih? Masa hari gini nyuci pakai tangan?" Atau mungkin "lah kenapa dia gak pakai asisten rumah tangga sih? Masa hari gini masih nyuci baju sendiri?". Ada hal yang tidak perlu kamu tahu atau ada hal yang tidak perlu mereka jelaskan.
In the real life, lebih berat. Bukan hanya soal sepele cuci pakaian saja. Dari mulai sekolah anak, pakaian yang kita pakai, kendaraan yang kita punya, tidak bekerja dan bekerja, dengan atau tanpa baby sitter, sampai seberat punya anak dan belum punya anak.
Guys.. seriously, itu useless. Itu sangat tidak berfaedah. Sangat tidak penting, sangat menyita waktu dan tenaga.
Bagaimana kalau lebih baik kita sibuk memperhatikan apa yang harus dikurangi dan apa yang harus ditambah atau apa yang harus disyukuri yang ada di dalam hidup kita sendiri? Mulailah dari dalam diri sendiri. Atau jika tetap memutuskan untuk menjadi seperti itu coba posisikan diri kamu ada tepat di posisi orang lain yang kamu rasa kurang ini itu salah ini itu.
Saya percaya keberuntungan, takdir dan nasib. Sudah diatur Allah seindah mungkin dan semenyenangkan mungkin. Saya merasa juga setiap orang punya cara masing-masing untuk menentukan apa yang terbaik dihidupnya. Dan saya selalu penasaran soal "kontribusi komentator untuk hidup orang lain yang ia komentari?".
Jika memang ada kontribusinya, stop untuk berkontribusi. Daripada kamu memperburuk diri kamu sendiri. Jika tidak berkontribusi maka tidak berhak berkomentar atas apa yang mereka alami.
Yang dialami bukan berarti yang mereka pilih sendiri. Sudah dipilihkan oleh takdir. Yang dipilih sendiri dan akhirnya mereka alami berarti namanya nasib. Dan apakah nasib mereka merugikan dirimu yang beruntung karena takdir baik?
Bukankah justru lebih senang ketika melihat yang lainnya senang? Atau sebaliknya? Sedih saat melihat yang lainnya senang? Marah saat melihat yang lainnya senang?
Coba tanya, kamu kenapa? Apakah kamu baik-baik saja?
Jangan sedih, jangan marah. Kesenangan mereka mungkin hal kecil yang kamu lupa syukuri. Iya, mungkin karena kamu lupa caranya bersyukur karena terlalu sibuk memperhatikan orang lain?
Ingin bahagia dalam keadaan "tidak punya mesin cuci dan juga tidak punya asisten rumah tangga?"
So.. stop staring at me!
Stop staring on others!
Dan mulailah bersyukur karena kamu masih punya dua tangan untuk mencuci pakaianmu, pakaian suami dan anakmu.
Tulisan ini saya tulis karena pengalaman buruk saya ketika dapat komentar kurang enak. Soal ijazah sarjana saya yang sia-sia.. hehe. Sia-sia karena saya lebih memilih menangani Maleek dengan tangan saya sendiri. Sia-sia karena saya belum punya penghasilan yang murni dari hasil kerja saya sendiri. Sia-sia karena saya sarjana yang masih saja mengalami nyuci baju sendiri, ngepel lantai rumah dan membersihkan lantai kamar mandi sendiri. Sia-sia karena menurut lainnya dari hari minggu sampai senin saya di rumah membeku berdua Maleek. Saya belum mengenal day off dan cuti. Karena sesungguhnya menjadi ibu rumah tangga tidak kenal libur dan cuti.
Saya lebih senang kalau ada yang tanya. "Kenapa sih gak kerja aja? Titipin anak, semua kerjaan di rumah biarin aja dikerjain sama asisten (ART)". Lebih gentle daripada menarik kesimpulan sendiri sebelum bertanya.
Pasti dengan senang hati saya jawab. "Pengen banget kerja, semoga ya nanti setelah golden age Maleek aku melamar kerja lalu keterima kerja. Kalaupun gak kerja, saya pasti akan berusaha untuk menghasilkan uang sendiri dari rumah. Belum mau nitipin anak, karena harus dititip siapa? Kalau dititip orang tua kasihan. Mereka sudah pernah membesarkan saya, masa sekarang saya kasih tugas lagi untuk membesarkan anak saya. Kalau pakai ART siapa yang gak mau dan siapa yang mau bayar? Tapi selama saya masih di rumah saya pasti bisa handle, karena kalau semua dikerjain ART saya pasti akan sangat bosan dan jenuh karena gak punya aktifitas lagi. Dan untuk sekarang budget ART memang belum ada.."
Sesimple itu kan.. sudah dapat jawaban langsung supaya gak penasaran lagi. Dan tidak mengiyakan apa yang dipikirkan sendiri. Kalau sudah dapat jawaban tapi masih berpendapat "ah emang lu males aja kali.." atau "anak kok dijadiin alesan..". Itu berarti lebih baik tidak bertanya sama sekali dan kembali ke poin 1, jangan perburuk diri sendiri dengan cara merendahkan orang lain hehe.
Semoga lebih banyak orang yang lebih memilih mengerti apa yang dialami orang lain daripada memilih menghakimi. Karena apa yang tidak ditanyakan tentu tidak akan dapat jawaban. Yang salah itu menghakimi sebelum bertanya.
Saya lebih senang kalau ada yang tanya. "Kenapa sih gak kerja aja? Titipin anak, semua kerjaan di rumah biarin aja dikerjain sama asisten (ART)". Lebih gentle daripada menarik kesimpulan sendiri sebelum bertanya.
Pasti dengan senang hati saya jawab. "Pengen banget kerja, semoga ya nanti setelah golden age Maleek aku melamar kerja lalu keterima kerja. Kalaupun gak kerja, saya pasti akan berusaha untuk menghasilkan uang sendiri dari rumah. Belum mau nitipin anak, karena harus dititip siapa? Kalau dititip orang tua kasihan. Mereka sudah pernah membesarkan saya, masa sekarang saya kasih tugas lagi untuk membesarkan anak saya. Kalau pakai ART siapa yang gak mau dan siapa yang mau bayar? Tapi selama saya masih di rumah saya pasti bisa handle, karena kalau semua dikerjain ART saya pasti akan sangat bosan dan jenuh karena gak punya aktifitas lagi. Dan untuk sekarang budget ART memang belum ada.."
Sesimple itu kan.. sudah dapat jawaban langsung supaya gak penasaran lagi. Dan tidak mengiyakan apa yang dipikirkan sendiri. Kalau sudah dapat jawaban tapi masih berpendapat "ah emang lu males aja kali.." atau "anak kok dijadiin alesan..". Itu berarti lebih baik tidak bertanya sama sekali dan kembali ke poin 1, jangan perburuk diri sendiri dengan cara merendahkan orang lain hehe.
Semoga lebih banyak orang yang lebih memilih mengerti apa yang dialami orang lain daripada memilih menghakimi. Karena apa yang tidak ditanyakan tentu tidak akan dapat jawaban. Yang salah itu menghakimi sebelum bertanya.
Dan yang lebih salah lagi, membandingkan dengan diri sendiri.
Terima kasih untuk tidak bosan-bosannya baca tulisan saya.. semoga kita semua menjadi sosok yang menyenangkan karena saling merasakan. Semoga kita semua menjadi seorang yang pandai bersyukur dan pandai bercermin.
Thanks for reading.. have a nice day!
Comments
Post a Comment