Three-nager
Three-nager
Ini istilah yang biasanya orang tua (kebanyakan ibu-ibu) pakai untuk menggambarkan perubahan sikap, perkembangan sifat dan pembentukan karakter saat usia anaknya menginjak 3 tahun. Seperti istilah terrible two pada saat anak 2 tahun. Kebanyakan anak, mengalami perubahan dan perkembangan yang sama. Termasuk saya, saat lihat Maleek. Mungkin istirlah three-nager ini diambil karena perubahan sikap dan sifat anak 3 tahun yang cemderung egois, susah dikasih tahu, semaunya sendiri atau keras kepala mungkin ya..
Waktu Maleek 2 tahun gak begitu terasa terrible.. hahaha. Justru saat dia memasuki 3 tahun ini yang agak bikin saya gemes, kesel sendiri, senang, bangga, kadang-kadang jadi emosi. Campur aduk..
Saya merasa di 3 tahunnya ini, Maleek semakin tahu banyak hal, kosakatanya, pengetahuannya dan tingkah lakunya sudah bukan seperti bayi lagi. Malah sering saya merasa kesulitan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Maleek. Yang sebelumnya gak pernah kepikiran, sekarang saya harus tahu dan ikut memikirkan.
Saya dan Ragil harus bisa menyeimbangkan Maleek, karena pertanyaan Maleek bukan sekedar pertanyaan "numpang lewat" tapi betul dia simpan di memorinya. Dan kami mengerti bahwa Maleek sedang dalam tahap belajar. Termasuk dari sikap dan sifat kami saat berinteraksi dengan Maleek. Ini yang paling jadi tantangan, karena mengingat kami kadang kelelahan, punya problem sendiri-sendiri yang kadang susah kami sembunyikan.
Tidak selesai begitu saja sampai tahap tanya jawab. Maleek kadang merasa tidak puas dengan jawaban kami (saya dan Ragil) sementara jawaban yang sebenarnya sudah kami jelaskan. Maleek sering berubah sikap jadi ngotot. Lucu sih lihat anak 3 tahun ngotot, sampai orang tuanya dibuat kelabakan.. haha. Saya sering sekali bicara dalam hati "nyesel ambil Hubungan Internasional pas kuliah, kenapa gak ambil psikologi aja ya..?" Hahaha.
Istilah threenager ini yang paling saya sadari ketika Maleek marah, kesal, gemes sendiri, ngotot dan keras kepala. Luar biasa deh pokoknya.. iya, karena dia pikir ibu dan bapaknya pasti bisa melakukan hal-hal yang Maleek belum bisa. Padahal memang ada yang bikin kami angkat tangan. Contohnya ; Maleek sering minta mainan dia yang patah dibetulkan sampai harus seperti semula. Dan itu gak mungkin bagi kami. Sementara Maleek merasa kami pasti bisa. Nah saat itu saya tahu Maleek akan berubah menjadi anak yang ngotot. Berulang kali kami jelaskan bahwa mainannya sudah tidak mungkin kembali seperti semula. Sampai pernah saya bilang "Maleek... pesulap aja gak bisa benerin inii..." haha.
Atau, saat Maleek berusaha mencuri perhatian saya dan Ragil yang sudah kelelahan seharian penuh. Biasanya dia melakukan hal yang kami tidak suka atau kami larang sebelumnya. Meskipun kami kadang tidak sadar anak sedang berusaha mencuri perhatian. Sampai timbul tantrum yang pada akhirnya kami nyerah juga selelah apapun.
Saya termasuk orang yang percaya kalau anak bisa mengendalikan emosinya sendiri. Makanya gak jarang saya biarkan dia tantrum sepuasnya. Ini berhasil kalau saya ada di rumah berdua Maleek atau bertiga Ragil. Tapi, biasanya gagal saat ada orang lain (nenek kakeknya) karena pasti mereka sering menyelamatkan. Sangat mengerti sekali, karena katanya nenek kakeknya lebih sayang sama cucu ketimbang anak sendiri, gitu istilahnya.. haha.
Baru saja saya baca di sosial media, orang tua saat menghadapi anaknya tantrum. Banyak sekali yang komen negatif ketika kita membiarkan anak puas dengan tantrumnya. Saya mengalami.. karena bagi yang lihat tantrum anak pasti gak tega, kasihan dan sedih. Tapi, justru emosi anak tidak terselesaikan. Dan saya bukan tipikal orang tua yang semua mau anak harus direalisasikan saat itu juga. Saya rasa anak bukan hidup untuk hari ini saja, dia perlu dibekali untuk hidup dia selanjutnya.
Saya sering bilang "Maleek tidak semua hal yang Maleek mau bisa Maleek langsung dapatkan..atau bahkan Maleek tidak mungkin bisa dapatkan." Ini... yang saya maksud bekal untuk Maleek kedepannya. Karena mungkin hari ini Maleek tantrum karena pengen beli mobil mainan (yang sebetulnya kami mampu belikan) tapi, mungkin... hari ini hanya sekedar mainan, nanti dia bisa minta mobil beneran. Itu gak kami anggap becanda, karena kami ingin berhasil mendidik anak bukan dengan uang. Tapi, kami berusaha untuk realistis. Saya juga percaya kalau golden age itu memang real. 5 tahun pertamanya itu adalah masa emas dia. Bukan masa-masa yang harus selalu dimanja. Tapi, pembentukan dan tumbuh kembang kedepannya dimulai dari 5 tahun pertamanya. Jadi saya dan Ragil harus memanfaatkan sisa 1 tahun 6 bulannya ini untuk bekal kedepannya.
Saya gak begitu kaget sih kadang-kadang karena saya bukan tipikal orang tua yang tertutup yang menganggap anak saya paling sempurna. jadi, saya sering sharing dengan teman-teman seperjuangan saya (yang anaknya threenager juga haha..) iya, saya sering tanya apa anak-anaknya mengalami hal yang sama? Atau gimana cara handle-nya? Dan rata-rata memang sama. Rata-rata semua orang tua dengan anak 3 tahun hampir mengalami hal sama dengan saya. Atau paling efektif biasanya saya blogwalking untuk baca-baca pengalaman-pengalaman orang tua dengan anak 3 tahun.
Seserius itu lho.. karena saya juga masih punya waktu untuk membaca, mencari tahu dan mengisi pengetahuan saya supaya saya gak merasa anak saya mengalami perubahan yang aneh. Saya harus belajar menangani Maleek dengan cara yang baik juga. Meskipun saya dan Ragil sering terpancing emosi, tapi salah satu aja.. satu lainnya harus berusaha untuk netral supaya Maleek tidak merasa terpojokkan. Karena anak juga harus tahu, bahwa dia bisa lebih baik dari itu. Bukan hanya sekedar dituntut untuk minta maaf. Tapi untuk tidak mengulangi dan tahu bahwa yang dilakukan tidak baik, kurang tepat dan harus diperbaiki.
Pelajaran utamanya itu selalu mengenai sabar. Saya dan Ragil kena banget soal sabar ini, karena jujur ini paling susah sekali. Sampai pernah kami bikin perjanjian untuk "gak emosi satu hari" iyaa.. sekalian belajar anger management.. haha. Hasilnya... bisaaa.. kami bisa untuk gak emosi seharian penuh. Dan saya yakin seterusnya juga bisa.. bukan jadi membenarkan setiap perbuatan kurang tepatnya Maleek. Tapi, cara kami yang dirubah. Maleek juga jadi malu sendiri karena dia berharap orang tuanya bereaksi karena tingkah lakunya. Sementara kami sangat lunak dan halus.. dari teriak-teriak Maleek malah jadi pelan-pelan ngomongnya.. hahaha.
Tapi ya itu, we are human too. Kadang masih suka lupa yang kami hadapi hanya anak 3 tahun yang sedang belajar banyak. Salah satu tempat belajar yang paling sering dia temui adalah kami orang tuanya. Jadi, sebetulanya kami sama-sama belajar. Sepertinya sampai kapanpun kami harus terus belajar. Meskipun hasilnya tidak sempurna. Karena saya percaya ada yang terbaik, tapi tidak ada yang sempurna.
Curhatan paginya panjang ya buibu..hahaha. untuk buibu yang punya pengalaman yang sama atau pernah punya pengalaman yang sama. Boleh lho sharing disini.. di kolom komen di bawah..hehe.
Thanks for reading, happy saturday!
Comments
Post a Comment